c21-64-4182-1467002188-600x447Judul         : Membangun Sumber Daya Kelautan Indonesia : Gagasan Dan Pemikiran Guru Besar Universitas Hasanuddin

Pengarang : Andi Iqbal Burhanuddin

ISBN          : 978- 979- 493 -565 -1

Tahun        : 2013

Buku ini adalah buah pikiran dari beberapa guru besar Universitas Hasanuddin. Yaitu Prof.Andi Iqbal Burhanuddin, Prof. Natsir Nessa, Prof. Andi Niartiningsih. Mereka memaparkan bahwa kelautan sudah menjadi perhatian besar sejak zaman bahari. Laut diungkapkan sebagai hal yang sangat berarti dalam kitab-kitab suci maupun dalam mitos yunani. Hal tersebut seiring dengan kemajuan teknologi dan peradaban manusia yang menjadikan laut semakin menjadi misteri yang merangsang keingin tahuan manusia penghuni planet bumi ini.

Saya sangat menyambut baik buku ini yang berjudul membangun sumber daya kelautan indonesia yang merupakan rangkaian kegiatan dalam Dies Natalis ke -57 tahun 2013 Universitas Hasanuddin. Kehadiran buku ini yang merupakan kumpulan gagasan dan pemikiran para guru besar Universitas Hasanuddin yang didirikan dengan pola ilmiah pokok  pengembangan kelautan ini, dapat memberikan sumbangsih yang signifikan dalam membangun sumber daya kelautan indonesia. Tulisan ini adalah kumpulan pemikiran mengenai pengembangan sumber kekayaan laut yang kita miliki dan telah disampaikan oleh para guru besar dalam pidato penerimaan anggota senat Universitas Hasanuddin.

Secara ekologi, keanekaragaman hayati mempunyai fungsi sebagai penyangga kehidupan dan memelihara kehidupan lain karena adanya mata rantai ekologi. Selain itu juga sebagai habitat untuk mahkluk hidup tinggal dan berasiasi satu sama lain. Diperkirakan banyak 40 juta orang di indonesai menggantungkan hidupnya secara langsung pada pada keanekaragaman hayati di alam. Dua belas juta di antaranya hidup didalam dan sekitar hutan serta lebih banyak lagi bergantung pada sumber daya pesisir (bappenas 2003)

IUCN red list of threatened spiecies telah merancang suatu sistem untuk menetapkan, mendaftarkan, dan menyoroti taksa yang menghadapi risiko tinggi terhadap kepunahan. Pemerintah republik indonesia menindak lanjuti program ini melalui penetapan PP No. 60 Tahun 2007 tentang konservasi  sumber daya ikan, didalamnya antara lain menetapkan kategori  jenis ikan yang dilindungi, yaitu terancam punah, langka, daerah penyebaran terbatas, terjadi penurunan  jumlah populasi ikan di alam secara drastis, dan tingkat kemampuan reproduksi yang rendah (kementria kelautan dan perikanan 2010)

Kima (tridacnidae) adalah sejenis kerang laut yang berukuran besar dan bernilai ekonomis penting, kima sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat pantai sebagai bahan pangan. Selain bahan sebagai pangan, cangkangnya juga dapat dibuat untuk berbagai tujuan seperti asbak, tempat cuci tangan, perhiasan, dan bahan baku  industri tegel.

Nilai ekonomi yang tinggi inilah yang menyebabkan permintaan kima dari pasar internasional dan regional sangat tinggi. Untuk memenuhi permintaan tersebut, masyarakat nelayan melakukan penangkapan secara intensif di alam sehingga tingkat eksploitasinya sudah berlebihan. Seperti dilaporkan oleh panggabean (1991), pada dua dekade terakhir ini populasinya semakin menurun di perairan terumbu karang indo-pasifik barat sampai vanuatu timur, terutama dari jenis yang besar seperti tridacna gigas, T. Derasa, dan hyppopus porcelanus, bahkan diduga sudah punah di beberapa tempat di indonesia seperti jawa dan sumatera.

Penelitian tentang kima di indonesia masih sangat kurang, sehingga data tentang populasi dan pengembangannya tidak banyak dipublikasikan. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan khususnya di kepulauan spernonde seperti dilaporkan oleh niartiningsih (2007 a, b, dan c) menunjukan bahwa populasinya terindikasi telah mengalami overeksploitasi, terutama jenis-jenis yang berukuran besar seperti T. Gigas, T. Derasa, dan H. Porcelanus.

Keberhasilan pengembangbiakan biota laut langka di hatchery marine station UNHAS di pulau barrang lompo tidak akan mempunyai makna dan manfaat yang besar bagi upaya konservasi dan rehabilitas keanekaragaman hayati laut jika tidak tidak dibarengi dengan kebijakan yang bisa memperkuat posisi UNHAS sebagai satu-satunya stasiun laut di indonesia yang mampu mengembangbiakan biota laut langka.

Perairan indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang dunia dengan luasan mencapai 70.000 km persegi. Selain itu terumbu karang indonesia juga menyumbang sekitar 74% dari kekayaan jenis karang dunia. Namun demikian, eskalasi kerusakannya yang telah mencapai 70% telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam. Padahal dari 1 km persegi habitat terumbu karang yang kondisinya masih bagus dan terkelola dengan baik dapat menghasilkan ikan seberat 15-30 ton per tahunnya. Hasil perhitungan bank dunia, indonesia kehilangan potensi laut Rp.6,5 triliun pertahun akibat kerusakan terumbu karang.

Berdasarkan kondisi ini, pemerintah melalui kementrian kelautan dan perikanan menargetkan peningkatan luasan kawasan konservasi menjadi 20 juta hektar di tahun 2020, termasuk membangun jejaring kawasan konservasi yang terkelola dengan baik.

Terkait dengan pengembangan kawasan konservasi, pengelolaan yang berbasis sains dan teknologi serta bersifat adaptif, termasuk pengelolaan untuk mengantisipasi perubahan iklim, merupakan suatu keniscayaan. Oleh karena itu untuk menunjang pengelolaan tersebut,pengetahuan bio ekologi dari semua komponen penyusun terumbu karang, terutama karang sebagai komponen pertama perlu menjadi perhatian kita semua. Dalam konteks ini, pengetahuan bio-ekologi dari perkembangbiakan karang dapat memberi sumbangan yang signifikan, terutama dalam upaya rehabilitasi, dan pengelolaan suatu kawasan konservasi.

Ekosistem terumbu karang dengan berbagai fungsinya telah menjadi tumpuan kehidupan jutaan masyarakat pesisir di indonesia. Selama ratusan tahun, ekosistem ini menjadi suber perikanan yang sangat kaya untuk kebutuhan konsumsi protein, penopang ekonomi, sekaligus secara fisik menjadi pelindung pantai dan pulau-pulau kecil dari abrasi. Beberapa dasawarsa terakhir ini, ekosistem terumbu karang yang merupakan habitat ribuan jenis organisme laut ternyata sangat potensial sebagai sumber obat-obatan dan kosmetik terbaru.

Fungsi lain dari ekosistem terumbu karang yang tidak kalah penting adalah menjadi bagian penting dari siklus hidup dari berbagai jenis organisme laut, baik  untuk ekosistem pesisir lainnya maupun ekosistem laut lepas. Dengan pesatnya perkembangan pariwisata global, ekosistem terumbu karang indonesia sungguh memiliki nilai jual yang sangat prospektif untuk menjadi salah satu andalan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan industri pariwisata bahari.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa ekosistem terumbu karang kita dengan berbagai potensi yang dimiliki harus diperbaiki dan dipertahankan keberadaannya.  Terumbu karang indonesia secara alamiah telah ditakdirkan untuk menjadi pusat segitiga karang dunia,yang bukan hanya terluas, tetapi juga tertinggi tingkat keanekaragaman hayati lautnya diseluruh perairan laut yang ada di planet bumi ini. Namun demikian tantangan yang dihadapi juga tidak kecil, baik yang disebabkan oleh manusia/ nelayan, kegiatan pembangunan, maupun akibat perubahan iklim.

Buku ini dapat diakses di http://lib.ipc-corporateuniversity.com/index.php?p=show_detail&id=1016&k…