Manajemen peralatan yang spektrumnya meliputi perencanaan kebutuhan alat, pengadaan, perawatan, pemasokan bahan, operasional, pengembangan keterampilan personel, metode kerja dan sistem informasi alat dipaparkan dalam buku ini, dilengkapi dengan contoh-contoh teknis mengukur kesiapan dan keandalan alat.
Buku Manajemen Peralatan membahas secara mendalam aspek operasional dan perawatan alat-alat handling muatan kapal di pelabuhan, dan dapat menjadi buku pegangan bagi praktisi kepelabuhanan ataupun operator kapal.
Pada Bab I, buku ini memperkenalkan kepada pembaca mengenai peralatan-peralatan yang terdapat di pelabuhan. Peralatan apung untuk pelayanan pemanduan kapal terdiri dari Kapal Tunda, Kapal Pandu, Kapal Kepil, derek Apung, Tongkang Barang, Tongkang Air, dan Tongkang Limbah. Pada Bab ini juga dibahas mengenai alat-alat angkat yang paling populer di terminal konvensional, seperti Fork Lift Truck (FLT) dan mobile crane.
Mekanisme perdagangan barang curah kering dan curah cair memungkinkan peningkatan kinerja dalam penanganannya, sedangkan arus barang cargo secara relatif berkurang dengan sistem kontainerisasi yang semakin pesat dan modern.
Spesialisasi terminal di dalam lingkungan kerja pelabuhan mendorong perkembangan teknologi alat bongkar muat untuk terminal curah seperti wheel loader, grab, bucket, belt conveyor, dan hopper untuk muatan curah kering dan pompa-pompa, serta jaringan pipa untuk muatan curah cair.
Pada Bab II, buku ini membahas Sistem Terminal Peti Kemas. Peralatan handling peti kemas mempunyai karakteristik khusus sesuai dengan bentuk dan ukuran kapal serta muatan peti kemas, dan semuanya disediakan pihak pengelola terminal, karena kapal cellular pada prinsipnya tidak dilengkapi dengan handling equipments sebagaimana halnya kapalkapal konvensional. Penanganan muatan peti kemas terdiri dari: (1) ship operation; (2) quay transfer operation; (3) storage operation; dan (4) receipt/delivery operation, semuanya merupakan satu sistem yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain. Subsub sistem dalam sistem operasi saling menunjang dan saling memengaruhi kinerja keseluruhan terminal secara totalitas. Ukuran kinerja terminal adalah prestasi keseluruhan sistem, bukan parsial.
Pada Bab III buku ini membahas mengani permasalahan yang sering terjadi dalam manajemen peralatan. Permasalaha tersebut dapat diidentifikasi dengan mengamati berbagai gejala (symptoms). Gejala umum yang dapat disaksikan dengan pancaindera seperti keterlambatan (delay) dan kecelakaan (accident) memberi petunjuk adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan operasional dan perawatan alat. Menggali permasalahan dalam manajemen peralatan dapat dilakukan dengan pendekatanpendekatan kelembagaan (institutional approach), faktor manusia (human behavior approach), dan technological approach. Pendekatan terhadap kelembagaan menunjukkan pembagian kerja antara divisi operasi dengan divisi teknik secara tradisional tidak harmonis dan kuat keinginan untuk subdivisi pcrawatan ditcmpatkan di bawah satu komando pada divisi opcrasi. Guna mcmpcrsingkat response time antardivisi operasi dan divisi teknik fungsi koordinasi yang efektif sebagai salah satu unsur kepemimpinan setiap manajer divisi sangat dibutuhkan.
Untuk memenuhi tingkat kinerja yang disyaratkan dalam suatu jabatan, maka kepada personel disediakan program pendidikan dan pelatihan (diklat). Program diklat yang tepat adalah yang disesuaikan dengan spesifikasi jabatan yakni training needs atau training demands. Pelatihan yang diselenggarakan dengan metodologi tertentu dan silabus yang tepat kepada peserta yang tepat pada waktu yang tepat akan mendapatkan hasil optimal. Tenaga pengajar atau instruktur pelatihan sangat menentukan kualitas dari diklat disamping kurikulum dan fasilitas belajar mengajar yang memadai. Materi pelatihan seharusnya di update setiap periode tertentu sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau karena tambahan peralatan baru. Pelatihan bagi tcnaga operator dan personel perawatan alat diprogramkan menurut instruction ataumanual book operator, dan gambar detail, buku katalog serta manual perawatan.
BAB IV membahas mengenai berbagai konsekuensi lemahnya manajemen peralatan yang akan mengakibatkan gangguan perdagangan Nasional.
BAB V membahas mengenai kebijakan dan strategi menyediakan alat andal.
Bab VI membahas rantai pasokan suku cadang, meliputi stok minimal pasokan, kelemahan sistem pasokan, mengorganisasikan pengadaan suku cadang, pengendalian stok, strategi just In time (JIT) is the minimum inventory necessary to keep a perfect system running. With JIT, the exact amount of good items arrive at the moment they are needed, not a minute before or a minute after the units are required. Bab VII membahas mengenai sumber daya informasi operasi dan perawatan yang meliputi SIM Operasi, SIM Teknik dan Perawatan, dan Komputerisasi Perawatan.
Bab VIII membahas tentang perencanaan dan pengendalian perawatan, pengendalian kualitas, implementasi PDCA Perawatan, Lintasan Kritis Perencanaan Perawatan dan Pemasangan Instalasi SIM Perawatan. UNCTAD dan beberapa ahli membedakan tiga macarn pilihan rumusan kebijakan perawatan, yaitu:
- Preventive Maintenance (PM) yang didasarkan pada inspcksi rutin dan tindakan pencegahan scbelum tcrjadi kcrusakan.
- Corrective Maintenance (CM) yakni tindakan perbaikan scsudah kerusakan terjadi.
- Designing-out atau Improvement Maintenance (IM) scbagai kcbijakan jangka panjang yakni dcngan mclakukan perubahan dcsain untuk menurunkan kekerapan dan biaya pcrawatan.
Untuk tidak mengganggu kesiapan operasi, pelaksanaan Preventive
Maintenance terbagi tiga kategori:
- Fixed-Time Maintenance; perawatan secara periodik dengan jarak tetap antar waktu.
- Condition-Based Maintenance; perawatan dengan mcrnantau dan menganalisis kecenderungan data statistik alat.
- Opportunity Maintenance; pcrawatan dilaksanakan sclama periodc
- Non-Operational Time tanpa mcngurangi availability.
Bab IX membahas penyebab dan mengatasi gangguan dalam manajemen peralatan, serta di Bab X membahas mengenai inspeksi dan uji coba yang meliputi inspeksi, cheklist dan pengujian.